Sabtu, 24 Desember 2011

DALAM MIMPIKU

Impianku yang begitu tajam
Saat kulayangkan apa yang ku inginkan
Tapi itu terasa tidak mungkin
Tapi diriku terus mencoba
Berlari tanpa henti
Mengejar mimpi mimpi
Impiinku begitu mendalam
Menjadi generasi robani
Demi agamaku yang mulia nan suci
Aku dan kawan-kawanku terus bermimpi

Biarkan waktu terus berjalan
ku pasarahkan semuanya padamu ya Rob
aku disini terus berjuang
menjadi insan yang berkarya
melawan kekejaman dunia
bersama kawan kawanku
menjadi generasi robani nan berjasa
untuk FEB Universitas Airlangga (Eris M'11)

Selasa, 29 November 2011

Warnai Dunia dengan Menulis

Oleh M. Anwar Djaelani1(Dalam diklat jurnalistik UKMKI)

“Menulis? Aduh, maaf, saya tak bisa! Sulit menemukan tema. Sukar merangkai kata-kata. Jikapun saya bisa menulis, media mana yang akan berkenan memuatnya?” Demikian, rata-rata jawaban dari orang yang kita minta untuk menulis artikel. Beralasankah sikap seperti itu?

Bisa, InsyaAllah!
Setiap orang -semestinya- bisa menulis artikel. Lho? Coba perhatikan keseharian kita! Di saat menjumpai sesuatu yang menarik perhatian di sekelilingnya, bukankah rata-rata orang akan menceritakan ulang kepada orang lain tentang hal itu? Bukankah fakta yang kita ceritakan itu biasanya tidak disampaikan secara persis? Masing-masing ‘pencerita’ punya angle. Tiap ‘penyampai’ memiliki perspektif. Maka, di titik ini, kerap ada improvisasi yang berbeda dari masing-masing ‘pembicara’.
Apa saja titik perbedaan kisah/cerita/berita mereka? Bisa dalam hal alur ceritanya. Kadang di bagian penekanan pokok ceritanya. Dapat pula di aspek penambahan komentar atau opininya.
Coba cermati! Jika rentetan berita dan opini mereka lalu dipindah ke bentuk tulisan, maka bukankah itu sudah bernilai sebagai sebuah artikel? Dengan demikian, pertama, sesungguhnya tema untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang menarik cukup mudah kita mendapatkannya. Tema itu bertebaran di sekitar kita. Tema itu bisa berasal dari berbagai arah dan level, mulai dari pribadi / keluarga, kota, provinsi, nasional, dan dunia.
Di level rumah tangga, misalnya. Ketika ibu-ibu mendapati kenyataan bahwa harga beberapa kebutuhan pokok merangkak naik mengiringi kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak), maka mereka bisa menulis opini tentang ini.
Opini mereka bisa dari berbagai sudut pandang, tergantung dari hal mana yang paling menarik perhatiannya. Misal, seorang ibu bisa memandang masalah ini dari sisi hikmah. Dari segi ini bisa ditulis bahwa inilah momentum untuk mengampanyekan “Gerakan Hidup Hemat”. Di dalamnya, mereka bisa berbagi kiat, bahwa dengan berhemat kita bahkan bisa lebih berbahagia. Oleh karena itu, patutlah kiranya semua pihak mengampanyekan sekaligus mengamalkan “Gerakan Hidup Hemat” ini. Berilah argumentasi yang memadai. Bisa dari aspek ekonomi, sosial, budaya, agama, atau lainnya. “Jadikan hidup hemat sebagai gaya hidup,” demikian –kurang lebih- inti pesan dari opini itu.
Lalu, di level perkotaan, seperti apa contohnya? Tulislah, misalnya, apa opini kita tentang sikap walikota di sebuah kota besar yang masih memertahankan lokalisasi prostitusi yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara. Jika ulama-ulama di kota itu sudah menyatakan kegerahannya atas keberadaan sarang maksiat itu plus gubernur dan wakilnya di wilayah yang menaungi kota itu pun setuju atas rencana penutupan itu, maka jadikanlah hal tersebut sebagai tambahan penguat opini kita bahwa lokalisasi prostitusi itu wajib hukumnya untuk ditutup.
Sementara, di level nasional, apa pula contohnya? Misal, apa opini kita atas berlarut-larutnya kenyataan pahit bahwa pelaksanaan hukum masih bersifat ‘tebang pilih’? Bahwa hukum masih dipraktikkan seperti saat kita menggunakan pisau, yang hanya tajam mengiris bagian yang di bawah (yaitu rakyat kecil / kaum yang tak berpunya) dan tumpul saat berhadapan dengan bagian yang di atas (yaitu ‘rakyat besar’ / kaum berharta / penguasa). Lihat –sekadar untuk menyebut contoh-, bagaimana seorang tahanan yang kaya cukup leluasa keluar-masuk sel untuk berbagai keperluan termasuk sempat terbang bersenang-senang ke sebuah ‘pulau wisata’ –yang jauh dari tempat dia ditahan- untuk menonton sebuah pertandingan tenis internasional.
Bagi yang suka mengikuti informasi lewat pemberitaan media, baik media cetak (seperti koran, tabloid, majalah, dan yang sejenis) maupun media elektronik (seperti radio dan televisi), atau juga media online (lewat berbagai situs, baik milik lembaga atau pribadi), maka untuk mendapatkan ‘tema-tema nasional’ rasanya jauh lebih mudah ketimbang tema yang selainnya.
Kelak, jika sudah terbiasa, nyaris di setiap kita membaca koran atau menonton televisi (terutama pada program berita) akan cukup mudah bagi kita untuk menemukan tema yang bisa ditulis menjadi sebuah artikel yang menarik. Misal, di sekitar Agustus-September-Oktober 2011, di antara berita-berita ‘menarik’ yang beredar adalah soal maraknya aktivitas suap-menyuap. Itupun masih ditambah kenyataan, bahwa di antara tema-tema diskusi publik yang menarik saat itu adalah soal suap juga. Maka, ketika itu, buat saja tulisan bernada ajakan kepada publik agar berhati-hati saat melakukan berbagai urusan sedemikian rupa kita tak terjebak praktik suap-menyuap yang para pelakunya (penyuap, yang disuap, dan yang mengantarainya) dilaknat Allah. Misal, buatlah judul, “Wabah Suap di Sekitar Kita, Waspadalah!”
Pendek kata, masalah atau tema tulisan ada di mana-mana dan kita (hampir) pasti mempunyai opini tentang itu. Jika selama ini, opini kita hanya sebatas yang kita utarakan secara lisan ke orang-orang di lingkungan dekat kita yang jumlahnya terbatas, maka sadarilah –bahwa sesungguhnya- opini kita bisa di-‘dengar’ oleh begitu banyak orang jika disampaikan lewat sebuah tulisan dan kemudian kita publikasikan. Pihak yang men-‘dengar’ ulasan kita bisa tersebar di berbagai sudut negeri, dan bahkan di berbagai penjuru dunia.
Mari, ambil contoh lagi. Misal, Anda termasuk remaja atau tertarik pada tema-tema remaja. Maka, tema-tema berikut ini tergolong timeless alias abadi (artinya tak terikat waktu penulisan). Tema-tema itu –antara lain- seperti: Remaja, Idola, dan Uswah. Remaja dan Perkara Cinta. Bahaya Kawin Beda Agama. Pernikahan Indah di Bawah Syariat.
Tema-tema itu akan semakin menemukan momentum saat ada contoh-contoh kasus yang sedang hangat dibicarakan publik. Misal, saat Justien Biber manggung di Jakarta pada 23/4/2011, banyak remaja yang histeris dan tampak melakukan hal-hal yang tak perlu. Misal, sekalipun tiket berharga mahal (Rp 1.000.000, Rp 750.000, dan Rp 500.000) tapi beliebers (penggemar Justin Bieber) rela antri untuk waktu yang lama untuk mendapatkannya. Untuk bisa menonton konser dari remaja Kanada berusia 16 tahun itu, ribuan remaja bahkan sudah mulai mengantri tiket sejak dini hari.
Lihat petikan dari www.jpnn.com 23/1/2011 berikut ini. Penyanyi belia Justin Bieber benar-benar menjadi idola dan punya magnet luar biasa di tanah air. Meski konser pelantun Baby itu di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, baru akan berlangsung pada 23/4/2011, ribuan orang rela antri untuk mendapatkan tiketnya pada 22/1/2011.
Situs itu melukiskan, bahwa ribuan orang yang didominasi para ABG antri dan berdesak-desakan. Antrian tiket yang mengular sejak pukul 5 pagi mencapai 1 kilometer, padahal loket penjualan tiket baru dibuka pukul 9 pagi. Sempat terjadi kericuhan akibat aksi saling dorong antarpengantri. Beberapa remaja putri yang mendominasi antrian tersebut terlihat menangis karena kesakitan terhimpit. Bahkan, tidak sedikit yang jatuh pingsan.
Lalu, bagaimana suasana di hari pertunjukannya? Di www.kompas.com 23/4/2011, bisa kita baca: Antusiasme para anak baru gede (ABG), terutama perempuan, untuk menyaksikan konser World Tour 2011 Justin Bieber sungguh luar biasa. Meski konser baru akan dimulai pukul 19.30, sejak sebelum pukul 12.00 mereka sudah mulai berdatangan. Lalu, bagaimana dengan mereka yang belum memegang tiket? Ada, tapi harganya melangit, yakni antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.
Sekitar 10 ribu penonton hadir. Para penggemar Justien Biber yang kebanyakan masih remaja ini datang menggunakan berbagai asesori yang bisa diasosiakan sebagai fans berat sang idola. Misal, mereka memakai baju berwarna ungu-ungu, sebab pelantun lagu Baby itu suka sekali dengan warna ungu. Mereka juga membawa berbagai atribut yang bertuliskan Justien Bieber I Love You. Singkat kata, Justien Bieber sukses membuat para penggemarnya berteriak histeris sepanjang konser.
Maka, mencermati fenomena remaja yang berperforma seperti itu, sangat relavan jika kita menulis artikel berjudul Remaja, Idola, dan Uswah. Kita tulis, siapa remaja itu. Apa potensi remaja. Apa yang dimaksud dengan idola. Apa pertimbangan remaja saat memilih idola. Berbahayakah jika idola –secara sadar atau tak sadar- bergeser menjadi uswah? Tentu saja dikupas pula apa pengertian dan contoh uswah.
Masih perlu contoh lagi? Ada berita di www.liputan6.com 21/4/2011. Bahwa Krisdayanti –penyanyi- kembali mengurai sensasi. Di sebuah media cetak, ia mengaku sudah hamil empat bulan. Artinya, saat menikah dengan Raul Lemos, kandungannya telah berumur tiga bulan. Lalu, pada 27/4/2011, www.fajar.co.id menulis judul: “Krisdayanti, Minta Maaf Hamil di Luar Nikah”.
Bagaimana tanggapan orang-orang yang ‘pernah dekat’ dengan Krisdayanti? Putri sulung Krisdayanti, Aurel, kaget tatkala diberi tahu ibundanya sedang hamil 4 bulan. Walau sempat kaget, Aurel senang menyambut kehadiran calon adik tirinya (www.okezone.com 21/4/2011). Lantas, apa kata Anang Hermansyah, mantan suaminya? Seperti tanpa beban, dia menukas: "Yah mau dibilang kaget aku jawab nggak ah. Biasa aja” (www.liputan6.com 21/4/2011).
Maka, terkait berita itu, kita bisa menulis artikel dengan judul Pernikahan Indah di Bawah Syariat. Di bagian pengantar kita uraikan tentang kasus-kasus hamil di luar nikah. Salah satu contoh kasus paling akhir adalah apa yang dialami Krisdayanti. Atas fenomena itu, kita patut cemas, sebab jumlah kasus semisal itu semakin banyak. Dan, kecemasan kita semakin meninggi karena tampak bahwa hamil di luar nikah dianggap sebagai sebuah peristiwa biasa oleh kebanyakan orang.
Setelah kita kupas pandangan Islam tentang hamil di luar nikah, berikutnya, berikanlah gambaran bahwa Islam cukup detil mengatur pola pergaulan. Islam mengatur tata pergaulan, termasuk antarmereka yang berbeda jenis kelamin dan apalagi bukan muhrimnya. Islam mengatur pula bagaimana membina rumah-tangga sakinah, yang dimulai sejak memilih calon pasangan. Kriteria apa yang seharusnya kita kedepankan. Lalu, bagaimana adab meminang. Dan, tentu saja, bagaimana resepsi pernikahan itu dihelat. Akan lebih lengkap jika ditambahkan pula tentang hak dan kewajiban si suami dan si istri dalam sebuah rumah tangga. InsyaAllah, jika syariat itu dilalui secara benar, sebuah pernikahan yang indah penuh barakah akan bisa kita nikmati.
Berdasarkan sejumlah ilustrasi di atas, sekarang, janganlah ragu-ragu untuk memulai menulis. Sebab, bahan untuk menulis sangat banyak. Percayalah, selama ada kehidupan, bahan atau tema tulisan itu bertebaran di sekitar kita. Bukankah -kita tahu- bahwa di sepanjang perjalanan hidupnya, manusia itu selalu bergerak dari satu masalah ke masalah yang lain?
Jadi, tulislah artikel, dan tuangkanlah opini kita di dalamnya. Niatilah aktivitas kita itu sebagai amal shalih. Lalu, kita kirimkan artikel itu ke media. Jika tak dimuat, munculkanlah di blog pribadi kita.

Niat dan Pembiasaan
Ayo segera ambil pena atau -lebih tepat- alat lain semisal laptop. Mulailah menulis! Jangan ragu-ragu! Sebab, Abdul Hadi WM –sastrawan- pernah bilang bahwa kemahiran menulis dipengaruhi bakat 5%, keberuntungan 5%, serta –yang 90%- tergantung kepada kesungguhan dan keuletan.
Kita bisa memegang pendapat di atas, bahwa dalam hal kepenulisan, bakat itu hanya menyumbang 5 % saja. Sisanya adalah ketekunan untuk terus berlatih sebagaimana dulu kita belajar naik sepeda. Masih ingatkah, dulu, di saat-saat awal belajar bersepeda? Tentu saja, semua orang akan mengawalinya dengan tahapan jatuh dan jatuh sampai di kemudian saat bisa menemukan ‘resep’ bagaimana menjaga keseimbangan tubuh dan mengatur kecepatan sedemikian rupa kita bisa bersepeda dengan nyaman dan aman. Itu semua memerlukan latihan-latihan yang cukup.
Paralel dengan kias berupa pengalaman belajar bersepeda di masa lalu, maka untuk menjadi penulis yang baik, ketrampilan menulis harus terus diasah. Proses ‘jatuh dan jatuh’ di saat awal adalah lumrah. Adapun yang dimaksud ‘jatuh dan jatuh’ itu, misalnya dikritik teman, ditolak oleh redaktur untuk dimuat di medianya, dan hal-hal lain yang serupa dengan itu.
Dalam hal ‘jatuh dan jatuh’ itu -bisa dibilang- semua penulis pernah mengalaminya. Tanpa bermaksud mengecilkan hati para calon penulis, banyak cerita nyata, bahwa seseorang yang sekarang kita kenal sebagai penulis (terkenal), ternyata di saat-saat awal, sejumlah artikel yang dikirimnya ke media tak langsung dimuat. Ada seorang penulis -yang sekarang cukup produktif- bercerita, bahwa saat dia dulu mengawali ‘karir’ sebagai penulis, karyanya baru dimuat media setelah mengirim lebih dari tiga puluh artikel. Sementara, seorang penulis lainnya, bahkan baru dimuat setelah mengirim lebih dari tujuh puluh artikel.
Harus kita pahami, semakin terkenal sebuah media, maka kompetisi untuk menembusnya akan semakin ketat pula. Konon, sebuah koran nasional yang oplahnya sekitar setengah jutaan, menerima sekitar seratus artikel setiap hari. Sementara, di tiap hari, koran tersebut rata-rata hanya bisa memuat dua buah artikel dan bahkan kadang cuma satu artikel saja.
Sekali lagi, fakta di atas perlu diungkap, semata-untuk lebih meneguhkan komitmen kita bahwa dalam belajar menulis itu tahapan ‘jatuh dan jatuh’ adalah sesuatu yang biasa dan bahkan memang harus dilewati agar kita lebih matang, cerdas, dan arif.
Dengan demikian, ‘teori-teori’ yang akan diungkap segera setelah ini hanya sekadar bagi-bagi pengalaman dari seorang sahabat. Kelak, insyaAllah, Andapun akan punya pengalaman, yang -boleh jadi- serupa atau berbeda. Dari mana pengalaman itu? Tentu saja, dari praktik menulis yang terus-menerus kita kerjakan dengan sepenuh hati, dengan segenap cinta. Benar, pengalaman itu akan bisa kita petik dari sebuah pembiasaan yang tiada henti.
Namun, pembiasan untuk terus menulis itu harus didasari pada sebuah niat yang benar. Tatalah niat kita lebih dahulu. Apa motivasi kita menulis? Demi idealismekah? Misalnya, apakah untuk menjadikannya sebagai media dakwah? Turut mencerdaskan bangsa? Untuk memengaruhi opini publik? Ataukah, sekadar untuk meraih popularitas? Atau juga, sebagai sarana mencari uang? Tentu saja, pilihan motivasi menulis itu akan berbanding lurus dengan ‘daya juang’ kita dalam (berlatih) menulis.
Hanya saja, apapun niat kita, menjadi penulis itu pasti ‘kaya’, karena dia berposisi sebagai pemberi (ilmu/pengetahuan/gagasan). Dia pasti kaya wawasan, sebab aktivitas menulis mewajibkan dirinya untuk terus membaca. Kecuali itu, penulis juga berpeluang besar untuk kaya secara materi, yaitu dari honorarium atau royalti karya-karyanya.
Agar kaya wawasan, maka jadikanlah aktivitas membaca sebagai keseharian kita. Dan, memang, tulisan bagus biasanya akan lahir dari seorang pembaca yang rakus.

Jurus Jitu
Berdasarkan pengalaman, berikut ini sejumlah catatan yang bisa kita aplikasikan untuk belajar menulis artikel sekaligus kiat sukses menembus media (cetak).

I. Faktor Teknis
1).  Buat “bank tema” tulisan. Ide tulisan -terutama jika kita sudah terbiasa menulis- akan datang mengalir deras. Nyaris, di setiap yang kita baca, lihat, dengar, atau apa yang dialami oleh orang lain / masyarakat, bisa menjelma menjadi ide yang menarik untuk ditulis, untuk diartikelkan.
Sungguh, ide bisa datang dari mana dan kapan saja. Ide bisa kita pungut dari koran, majalah, televisi, dan pengalaman (sendiri atau orang lain). Maka -setidaknya di tahap awal- usahakanlah untuk selalu membawa alat tulis. Segera tulis ide(-ide) yang kerap datang secara tiba-tiba.
Untuk artikel, ide harus orisinal, aktual, urgen, menawarkan wawasan baru, dan memberi solusi. Contoh: Saat naskah ini ditulis, untuk masalah perkotaan di Surabaya, bisa diangkat tema tentang semakin meningkatnya jumlah pelanggar lampu lalu-lintas di berbagai perempatan jalan. Banyak pengendara yang mencuri kesempatan, terutama di saat peralihan warna lampu. Misal, lampu baru saja berganti dari hijau ke merah, tapi seseorang terus saja melaju. Perilaku jelek yang bukan saja membahayakan diri sendiri tapi juga orang lain itu, berkecenderungan semakin meluas. Di banyak perempatan jalan, praktik memalukan dan sekaligus membahayakan itu semakin kerap terjadi. “Kepada para ‘Koruptor’ di Perempatan Jalan” bisa menjadi salah satu pilihan judul yang mungkin menarik.
Sekali lagi, baca media cetak, ‘baca’ televisi, ‘baca’ peristiwa di sekitar kita. Maka, pengetahuan kita akan bertambah, perbendaharaan kata akan semakin kaya, dan –yang paling penting- bisa mengail ide / tema untuk dikembangkan menjadi artikel yang berharga.
Contoh artikel yang kelahirannya diilhami oleh berita-berita atau artikel-artikel di koran:
Di sekitar Ramadhan, dan saat itu sejumlah media cetak gencar memberitakan tentang banyaknya kasus gizi buruk, lahir artikel: Bisakah Gizi Buruk Picu Sadar Zakat (Jawa Pos 30/4/2008).
Ketika terbaca di koran-koran bahwa banyak guru yang sibuk melengkapi berbagai portofolio dalam rangkaian sertifikasi guru, lahir artikel: Urgensi Meneliti dan Menulis bagi Guru (Jawa Pos 26/3/08).
Saat banyak media cetak memuat kisah sukses (termasuk sukses finansial) Habiburrahman sebagai penulis, lahir artikel: Habiburrahman sebagai Fenomena Penulis Kaya (Jawa Pos 3/3/08) 3).
Ada berita seorang murid di salah satu kota di Jawa Timur meninggal dunia, setelah beberapa hari sebelumnya menerima hukuman fisik dari gurunya. Dari berita itu, muncul artikel: Hukuman Guru dan Mimpi Buruk Murid (Radar Surabaya, 21/2/08).
Seseorang –Pradana Boy ZTF- menulis artikel berjudul Relativitas Kesesatan Aliran Sesat (Jawa Pos 9/11/2007). Intinya, Boy menyoal atau –lebih tepat- menggugat keabsahan ulama dalam menetapkan fatwa sesat atau tidak sesatnya suatu aliran keagamaan tertentu. Seperti terwakili oleh judul tulisannya, Boy menggugat kapasitas ulama dalam menetapkan fatwa dengan bersandar kepada paham Relativisme. Maka, M. Anwar Djaelani yang tak sependapat dengan jalan berpikir Boy, menulis artikel tanggapan: Ulama dan Relativisme Kaum Liberal (Jawa Pos 16/11/2007)  Rupanya, Boy meladeni polemik itu. Diapun menulis tanggapan atas tanggapan, berjudul Kegagalan (Dakwah) Islam Mainstream (Jawa Pos 19/11/2007). Akhirnya, redaktur Jawa Pos menyudahi polemik itu dengan menurunkan artikel jawaban akhir M. Anwar Djaelani, berjudul: Kontribusi Relativisme ke Aliran Sesat (Jawa Pos 23/11/2007). Jadi, skor pemuatan 2 : 2.

Contoh artikel yang kelahirannya dipantik oleh acara di televisi:
M. Anwar Djaelani –yang sudah sekian tahun ‘menceraikan’ televisi’, dalam sebuah kesempatan yang terbilang tak sengaja, menonton acara Empat Mata. Atas acara yang -menurut dia- ‘tak sehat’ itu, lahirlah artikel: Tukul, “Kesehatan” Publik, dan KPID Jatim (Jawa Pos 2/3/2007)‏.

Contoh artikel yang kelahirannya diinspirasii oleh kejadian(-kejadian) sehari-hari, baik yang dialami sendiri si penulis atau orang lain:
Di Surabaya –dan banyak kota lainnya- dalam beberapa tahun belakangan ini, anggota masyarakat tampak mudah menutup jalan untuk berbagai keperluan pribadi, seperti resepsi pernikahan, khitanan, atau yang semisal dengan itu. Sekalipun sudah banyak yang protes karena dirasa sangat merugikan semua pengguna jalan, namun tampaknya praktik salah ini semakin menjadi-jadi. Dari kasus ini lahir artikel: Penutupan Jalan Vs Kepentingan Umum (Jawa Pos 13/7/2006).
Saat itu, di banyak sekolah, Kantin Kejujuran didirikan. Intinya, kantin itu tanpa penjaga. Si pembeli mengambil sendiri barang yang diperlukannya, lalu membayar dengan langsung meletakkan uangnya di kotak uang. Jika uangnya berlebih, diapun mengambil uang kembalian sendiri. Tujuan kantin ini mulia, yaitu mendidik siswa untuk jujur. Atas fenomena ini lahir artikel: Kantin Kejujuran, Pendidikan Antikorupsi (Jawa Pos, 6/11/2008).
Di sejumlah kesempatan, penduduk Surabaya –terutama yang sedang berkendaraan- merasa sangat dirugikan oleh ulah demonstran. Sebab, para demonstran itu kerap dengan semena-mena menutup jalan. Akibatnya, terjadi kemacetan lalu-lintas yang parah. Maka, terpikir, jika demonstrasi adalah pilihan sikap dalam menyatakan pendapat yang tak bisa dihindarkan, silakan saja dilakukan. Tapi, pelaksanaannya harus beradab, misalnya, tak boleh sampai mengganggu orang lain. Maka, atas problema ini, lahir artikel: Ajang Demo, Surabaya Perlu Hyde Park. (Catatan: Hyde Park adalah sebuah lokasi strategis –di sebuah taman di pusat Kota London- untuk unjuk berbagai keperluan, termasuk berdemonstasi. Bisa dibilang, tak ada yang terganggu jika berdemonstrasi di sini sekalipun jumlah massanya sangat banyak).
 
2). Buat judul yang mencerminkan tema. Judul yang baik, antara lain: a). Mampu mencuri perhatian pembaca. b). Mencerminkan tema / arah tulisan, sehingga bisa menjadi ‘miniatur’ isi keseluruhan tulisan. c). Ringkas dan padat.
Sebagai sarana berlatih, seringlah memerhatikan judul-judul artikel di berbagai media cetak. Misal:
“Berhaji Sekali, tapi Berimplikasi Sosial”, Jawa Pos, 27 November 2007.
“Hijrah Pemimpinku dan Bangsaku! ”, Jawa Pos, 26 Maret 2001.
“Intelelektual, Artikel, dan Buku”, Jawa Pos, 20 Mei 2007.
“Berhaji, Menjadi Abdullah Sejati”, Radar Surabaya,13 Desember 2005.
”Pemimpin Amanah dan Sekolah Ramadhan”, Radar Surabaya, 15 Oktober 2005. “Berani Mubahalah untuk Fatwa MUI?”, Radar Surabaya,12 Agustus 2005.
“Din dan Wajah Muhammadiyah”, Radar Surabaya, 9 Juli 2005.
“Quo Vadis Muhammadiyah”, Radar Surabaya, 30 Juni 2005.
“Surga Pornografi Nomor Dua”, Jawa Pos,15 September 2004. 
”Ekses Kampanye Kawin Beda Agama”, Jawa Pos, 27 Oktober 2002.
“Apa Kabar ‘I’ di HMI?”, Jawa Pos, 1 Mei 2002.
“Hidup Bersih Tanpa Gratifikasi”, Radar Surabaya, 8 November 2006.
 
3). Buat outline / kerangka karangan sebelum menulis secara lengkap. Berdasarkan  ide / tema yang telah kita pilih, buatlah outline untuk memudahkan pengembangan penulisan. Pada dasarnya, alur menulis terangkai dalam:
Pertama, pendahuluan.
Pendahuluan berbentuk paparan ringkas dari masalah yang akan kita kupas. Untuk artikel, pendahuluan biasa pula disebut dengan lead. Posisi lead menempati alinea pertama. Fungsi lead: Penggugah rasa ingin tahu pembaca. Artinya, setelah terpikat oleh judul, pembaca dapat terus kita ikat minat bacanya sampai tuntas membaca keseluruhan tulisan. Pendek kata, lead mengantar pembaca ke gagasan utama sang penulis.
Ada tiga pilihan gaya lead. Langsung menyodok dengan serangkaian pertanyaan / pemaparan masalah. Atau, berupa kutipan ayat  suci / hadits, buku, pernyataan orang. Atau, ringkasan tulisan kita. Lihat contoh terlampir!
Kedua, berisi pembahasan (berupa analisis atas masalah yang kita angkat). Pembahasan harus sistimatis, argumentatif, tuntas, ditulis dengan bahasa baku namun tetap dengan sentuhan popular. Lihat contoh terlampir!
Dan, ketiga, berisi penutup. Bagian ini memuat kesimpulan atau solusi atas masalah yang dikupas. Disajikan sekaligus dengan gaya pamit. Lihat contoh terlampir!
 
Tentang panjang tulisan. Perhatikanlah kebijaksanaan khas tiap media cetak dalam menerima artikel. Misal, tentang panjang tulisan yang kita kirim. Usahakanlah sesuai dengan “ketentuan” dari masing-masing media cetak. Secara umum, media membutuhkan artikel sepanjang 6000 karakter atau sekitar 850 kata. Hanya saja, sejumlah media cetak ada yang meminta secara khusus. Misal, ada yang menginginkan 4500 karakter, 7000 karakter, atau lain-lainnya.
Dua pihak akan sama-sama diuntungkan jika kita mengirim artikel sesuai dengan kebutuhan si media. Pertama, si redaktur beruntung karena dia tak memerlukan waktu editing yang lama. Kedua, si penulis diuntungkan karena kemungkinan si redaktur ‘salah gunting’ (karena alasan editing) ternihilkan.

4). Tentang ‘kelengkapan’ naskah. Terutama di masa awal ‘karir’ kepenulisan, saat mengirim naskah jangan lupa untuk menyertakan semcam surat pengantar. Tonjolkan, pertama, otoritas kita dalam menulis artikel dengan tema yang kita kirimkan itu. Lalu, tulislah -jika punya- pengalaman menulis sebelumnya (misal, pernah aktif di pers kampus saat masih mahasiswa atau tunjukkan media cetak mana saja yang pernah memuat tulisan kita). Jika belum punya, tak perlu berkecil-hati. Kedua, lengkapilah dengan salinan kartu identitas kita. Sertakan pula foto, nomor kontak, dan nomor rekening bank (untuk pengiriman honorarium jika naskah kita dimuat). Kelak, jika kita sudah dikenal oleh redakturnya, pengiriman naskah lewat email -biasanya- tak memerlukan lagi ‘lampiran-lampiran’ tadi karena sang redaktur sudah mempunyai arsipnya.

B. Faktor Non-Teknis
1). Secara umum, kenali karakter media yang akan kita kirimi artikel. Tiap-tiap media pasti memiliki ‘ciri khas’ seperti dalam hal segmen pembaca, pilihan tema artikel, dan gaya bahasa. Caranya? Pelajarilah berita-berita dan artikel-artikel yang dimuat di berbagai media. Sekadar contoh, bandingkanlah berita dan artikel di Jawa Pos, Kompas, dan Republika.
2). Secara khusus, kenali ‘selera’ redaktur opininya. Dia suka tema-tema apa dan dengan ‘model’ penyajian seperti apa? Kadang, sekalipun di media yang sama, jika terjadi pergantian redaktur maka –sedikit atau banyak- akan mengubah pula ‘peta’ kecenderungan artikel yang dimuat.
3). Pilih posisi, akankah menjadi penulis spesialis atau generalis. Untuk tahap awal, disarankan agar menulis artikel yang sesuai dengan otoritas keilmuan yang kita miliki. Kelak, jika kita mulai dikenal sebagai penulis yang potensial, maka bisa saja kita mulai untuk menulis tema-tema lain yang ‘berbeda’.

Ayo, Mulai!
Sekarang, tak perlu kita tunda-tunda lagi. Untuk (bisa) menulis, tak ada kiat yang paling manjur selain dengan apa yang dikenal sebagai “Tiga M”: mulai, mulai, dan mulailah!
Menulis dan teruslah menulis! Warnai dunia dengan karya-karya tulis kita! Warnai dunia dengan opini bernas kita. Warnai dunia dengan mengajak sesama untuk berperadaban mulia. Jika, karena sesuatu dan lain hal media cetak belum memuat karya kita, kini media online memberi peluang sangat lebar sedemikian rupa tulisan-tulisan kita bisa dibaca oleh begitu banyak orang. Terakhir, ada media yang pasti bisa memuat tulisan kita. Itulah blog pribadi, yang bisa kita buat secara mudah. Maukah?
Mari, berlomba-lombalah dalam kebaikan! Selamat berjuang! Salam. []

Daftar Bacaan
Dunia Kata (Mewujudkan Impian Menjadi Penulis Brilian), M. Fauzil Adhim, DAR! Mizan,
Bandung, 2004
Jurnalistik Dakwah, Sutirman Eka Ardhana, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 1995
Jurnalisme Islam, Herry Muhammad, Pustaka Progressif, Surabaya, 1992
Kiat Menjadi Penulis Sukses, Abu Al-Ghifari, Mujahid Press, Bandung, 2002
Lincah Menulis Pandai Bicara, Asep Syamsul M. Romli, Nuansa Cendekia, Bandung, 2005
Menjadi Powerful Da’I dengan Menulis Buku, Bambang Trim, KOLBU, Bandung, 2006
Menulis Bisa Bikin Kaya, Helvy Tiana Rosa, Ziyad Visi Media, Jajar Laweyan, 2007
Panduan Membuat Karya Tulis, O. Setiawan Djuharie dan Suherli, CV Yrama Widya, Bandung,
2005
Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Slamet Soeseno, Gramedia, Jakarta, 1997




Media Silaturrahim
www. anwardjaelani.com
anwar.djaelani@gmail.com
081330663340, 085730541350, 03134171980





Berikut ini (sebagian) daftar alamat email media cetak yang bisa kita kirimi artikel. Untuk Jawa Pos ke opini@jawapos.co.id. Untuk Radar Surabaya ke radarsurabaya@yahoo.com. Untuk Republika, silakan ke sekretariat@republika.co.id. Sementara, untuk Kompas bisa ke opini@kompas.com.

Sabtu, 26 November 2011

Bersyukur sebagai Kunci Kekayaan

Banyak di antara kita menganggap orang kaya adalah mereka yang mempunyai banyak uang, rumah mewah, pakaian dan kendaraan yang mahal, serta setiap hari makan enak. Tidak ada salahnya jika berpendapat seperti itu. Tetapi yang disayangkan adalah mereka yang memiliki harta berlebih, tidak punya niatan untuk berbagi dengan orang lain yang sekiranya perlu dibantu. Bagi mereka yang diberi harta berlebih dari Allah SWT tetapi hatinya tertutup untuk berbagi, bagi mereka yang diberi kesehatan tetapi hatinya tertutup untuk menolong, mereka yang punya ilmu tetapi tidak bersedia mengajarkannya kepada orang lain, masih pantaskah disebut orang kaya?
Dalam sebuah hadis Rasullulah bersabda: “Wahai Abu Dzar apakah kamu menyangka karena banyak harta orang menjadi kaya? saya berkata: ya benar, wahai Rasullulah. Beliau bersabda pula: dan kamu menyangka karena harta sedikit orang menjadi miskin? Saya pun berkata: Ya benar, wahai Rasullulah. Beliau bersabda: Sesungguhnya kekayaan adalah kecukupan dalam hati dan kemiskinan adalah miskin hati .” (HR. Hakim dan Ibnu Hibban).
Pandangan tentang arti kekayaan terlalu sempit jika diartikan seperti di awal artikel ini. walaupun penduduk Indonesia mayoritas muslim tetapi tuntunan hadis Rosullulah ini dilupakan. Apa yang ada di hati setiap manusia adalah jawabanya. Jika hati ini selalu bersyukur atas apa yang didapatkan dari Allah maka ini akan menjadi kunci kekayaan setiap orang. Harapannya dengan bersyukur orang yang kaya akan memberikan sebagian hartanya bagi orang miskin, orang sehat akan memberikan tenaganya untuk membantu yang lemah, dan orang yang pandai akan berbagi ilmu kepada sesama yang semuanya demi kemaslahatan.
Jadi orang kaya adalah orang yang paling banyak memberikan apa yang ia punya dengan ikhlas.

Jumat, 18 November 2011

Orang yang Dimaafkan Allah karena Memaafkan Hamba – hamba Allah

Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, Hudzaefah berkata, ‘ Aku telah mendengar Rasullulah bersabda, ‘Ada seorang laki – laki dari umat sebelum kalian yang didatangi oleh Malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Dia ditanya, ‘Adakah kebaikan yang kamu lakukan?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah’ . Dia menjawab, ‘Aku tidak mengetahui apapun. Hanya saja, di dunia aku berjual beli dengan orang - orang dan membalas mereka. Lalu aku memberi kesempatan kepada orang yang mampu dan memaafkan orang yang kesulitan.’ Maka Allah memasukkan Surga.”

Isi dari hadis di atas adalah orang yang tidak punya amal salih manakala ditanya Malaikat maut. Dalam dagang khususnya hutang, orang ini memberi kelonggaran waktu pembayaran bagi mereka yang mampu hingga ia bisa membayarnya dan memaafkan orang yang dalam kesulitan. Hal ini dilakukannya supaya dengan harapan mendapat ampunan dari Allah. Dan Allah pun mengampuninya karena sifat pemaafnya dalam bermuamalah.
Sungguh menarik kisah ini dengan amal salih yang tidak ia punya tetapi bisa masuk surga hanya dengan amalan yang tidak disadari olehnya. Islam mengajarkan kegiatan muamalah seperti ini yang saling menguntungkan kedua belah pihak baik di dunia atau pun kelak di akhirat. Setidaknya di dunia mengajarkan kita untuk menjaga keberlangsungan silaturahmi dengan sesama, bukan kebalikannya yakni dengan memakai debit kolektor untuk menagih hitang bahkan secara paksa. Dan di akhirat demi Allah janji kebaikan itu pasti akan terbukti, Allah berfirman:
“Dan (jika orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Dan takutlah pada hari (ketika) kamu dikembalikan pada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)”.(Al Baqarah 280-281)
Kebaikan bagi orang untuk memberi tempo pembayaran sudah dicontohkan dalam kisah tadi yakni ampunan Allah akan datang dan memberikan tempat surga baginya.

Allahualam bish showab

Sabtu, 29 Oktober 2011

Get Ready to UTS

UTS tinggal beberapa hari lagi… alhamdulillah ya, akhirnya kita akan menemui masa dimana kita bisa mengetahui hasil belajar kita selama pertengahan semester.
Wah, jadi teringat beberapa waktu lalu, ketika UTS mendekati hari H, kamar hampir bisa dipastikan berubah manjadi kapal pecah… hand out berserahkan di lantai, buku-buku tulis dan diktat bertebaran diatas tempat tidur, dinding kamar pun penuh dengan tempelan rumus matematika optimasi dan gambar-gambar kurva yang ruwet (kalo teman-teman menemui seorang teman dengan kondisi kamar yang seperti itu, bisa dipastikan kalau ia sedang dalam ujian :D).
Berdasarkan pengalaman pribadi, kondisi seperti itu selalu terjadi pada waktu-waktu mendekati ujian sampai ujian selesai. Padahal, kalau ditelusuri lebih jauh, cara belajar seperti itu justru tidak baik untuk kita sebagai seorang pelajar. Cara belajar dengan sistem kebut semalam (atau seminggu?), menurut beberapa ahli, menyebabkan otak kita hanya mampu mengingat pelajaran dalam jangka waktu pendek saja. (pantesan habis ujian langsung lupa… nah, lo..). Lalu bagaimana cara belajar yang baik agar ilmu yang kita peroleh dapat terserap sempurna dalam ingatan kita dalam jangka waktu yang cukup lama?
Oke, sebelum kita membahas masalah itu, ada baiknya kita ulas terlebih dahulu tentang tanggung jawab seorang penuntut ilmu. Idealnya, ketika kita sudah mengetahui tanggung jawab sebagai seorang penuntut ilmu, tugas selanjutnya untuk belajar akan menjadi lebih mudah. Insyaallah... Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menuliskan, tanggung jawab seorang penuntut ilmu adalah:
1.Mempersiapkan diri dan mempelajari ilmu agama
Yupz! Ada kata-kata “mempersiapkan diri” disini. Seorang penuntut ilmu memiliki tanggung jawab yang besar dari sisi persiapan dirinya. Dalam artian, mempersiapkan dirinya untuk belajar dan mengajar, menyelesaikan tugas-tugas dan berkonsentrasi terhadap ilmu yang ditekuninya, mempelajari ilmu agama, muraja’ah (mengulang kembali) materi-materi yang sudah diberikan oleh pengajar, dan mencurahkan perhatian terhadapnya.
2.Ikhlas dan niat yang baik
Disamping mempersiapkan diri, seorang pelajar juga mempunyai tanggung jawab lain dari sisi keikhlasan kepada Allah SWT. Keridhoan Allah ta’ala hendaknya menjadi tujuan utamanya dalam belajar, menunaikan kewajiban, dan memberikan manfaat untuk sesama. Juga, dia tidak bertujuan untuk mencari harta dan kehormatan dunia. Dia juga tidak bertujuan untuk riya’ (dilihat orang) dan sum’ah (didengarkan orang). Sehingga seorang penuntut ilmu wajib untuk mempunyai sikap yang diridloi oleh Rabb nya yaitu ikhlas kepada Allah SWT, jujur dalam mencari RidlaNya, bersemangat dan tidak pernah putus asa dalam usahanya untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan, sehingga ia berdiri diatas ilmu pengetahuan. Dengan demikian, menuntut ilmu akan mudah, sehingga jika ia terjun ke masyarakat, mengajarkan ilmu kepada manusia, memerintahkan kepada amar ma’ruf nahi munkar semuanya dilakukan berlandaskan ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah SWT :
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashiroh (ilmu).” (QS. Yusuf: 108)
Oke, bagian selanjutnya akan membahas trik cara belajar yang baik agar apa yang kita pelajari dapat terserap dengan sempurna dalam ingatan dan tinggal didalamnya dalam jangka waktu yang relatif lama (biar ga gampang lupa) aamiin…
Seimbangkan kinerja otak kiri dan otak kanan..
Otak adalah aset yang sangat berharga yang dimiliki manusia. Semua gerakan manusia, pemikiran, dan perasaan dikendalikan oleh otak, bukan hati. Menurut penelitian, manusia hanya menggunakan 4-5% bagian dari keseluruhan fungsi otak. Sedangkan orang jenius hanya menggunakan 6-7% bagian. Otak adalah pusat kecerdasan berpikir.
Otak manusia, menurut daya kerjanya dibagi menjadi 2 bagian yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah pusat logika dan kecerdasan analitik. Hal ini terkait dengan kemampuan matematis dan kemampuan berpikir sistematis seseorang. Contohnya kemampuan menyelesaikan soal matematika. Cara kerja otak ini sangat rapi, terstruktur dan sistematis. Sedangkan otak kanan adalah pusat kreatifitas, dan memang benar fungsi dari otak kanan ini adalah untuk mengurusi proses berpikir kreatif manusia, contohnya adalah kemampuan komunikasi (lingusitik). Cara kerja otak kanan ini biasanya tidak terstruktur, dan cenderung tidak memikirkan hal-hal yang terlalu mendetail.
Ketika kita belajar, maka yang bekerja lebih banyak adalah otak kiri, sehingga fungsi dari otak kanan kurang termaksimalkan. Sedangkan untuk sukses dalam belajar, kita memerlukan keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Memberdayakan otak kanan dalam proses belajar akan banyak membantu kita agar bisa menangkap pelajaran dengan cepat dan mengingatnya dalam waktu yang relatif lama. Caranya adalah bisa dengan mendengarkan musik, menggunakan gambar, visualisasi, dan menciptakan kata-kata yang bisa menggugah rasa (bahasa evokatif).
Oke .. selesai sudah tugas kita ngasih trik ke teman-teman massifer tentang cara belajar yang efektif. Akhir kata, kita mengucapkan selamat belajar untuk UTS. Untuk hasil yang maksimal, persiapkan UTS di jauh-jauh hari, lengkapi bahan-bahan yang dibutuhkan seperti syllabus, catatan, slide dari dosen, serta perlengkapan yang lain seperti KRS dan KTM. Lakukan cek & ricek sebelum berangkat ujian. Dan yang terpenting adalah berdoa sebelum melaksanakan ujian dan bertawakkal kepada Allah. Karena bagaimanapun, Allah turut ‘bercampur tangan’ dalam menentukan hasilnya. Wabwb

Ind_ ep’10

Sabtu, 01 Oktober 2011

RONA MAHASISWA

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi dan komunikasi yang mewarnai era yang serba cepat ini yang mengakibatkan merebaknya berbagai pemahaman dan ideologi atau pemikiran yang beraneka macam di kalangan mahasiswa. Kondisi ini, tak ayal mempengaruhi kelakuan mahasiswa itu sendiri beserta gaya hidupnya yang datang dari pemikiran yang dianutnya.
Pemikiran yang datang dari barat seperti paham kebebasan (liberalisme), hedonisme, sekularisme, kapitalisme dan sosialisme, termasuk pluralisme dan sinkretisme, mau tak mau harus dikonsumsi oleh berbagai kalangan termasuk mahasiswa sebagai bagian dari target propaganda pemikiran tersebut. Yang kemudian memaksa banyak mahasiswa untuk berpaham machiaveli (menghalalkan segala cara) untuk mencapai segala keinginannya sebagai refleksi dari pemikiran-pemikiran ini. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Hidup dianggap surga, kuliah dianggap tamasya dan melupakan alam yang kekal. Walhasil, banyak mahasiswa yang terperangkap oleh kehidupan pragmatis.
Di tengah-tengah kehidupan kampus yang menyita waktu, tenaga, dan materi. Kuliah yang harus tepat waktu, memburu deadline tugas, obrolan sia-sia dan menjemukan dengan teman se-gank. Belum lagi ditambah masalah pribadi dan keluarga. Semua itu nyaris membuat banyak mahasiswa enggan untuk melirik sisi lain dari kehidupan ini. Suatu dimensi kehidupan dimana yang menjadi target adalah keridhaan Allah dan alam akhirat.
Tak bisa disangkal bahwa tidak semua mahasiswa terperangkap dengan fakta kehidupan. Banyak juga yang memilih untuk mempersembahkan diri dan hidupnya untuk menegakkan kebenaran, menjadi generasi peduli umat. Memberikan kontribusi untuk tegaknya kalimat Laailaahaillallaah Muhammadarrasullullaah, sebagai suatu simbol kebenaran dan kemuliaan sejati. Berjuang membebaskan manusia dari segala pemikiran-pemikiran sesat, yang tak jarang datang dari kalangan mahasiswa teman sepergaulan.
Kehidupan kampus yang merupakan salah satu bagian dari proses kehidupan, ternyata mampu memberikan gambaran masa depan setiap personal yang terlibat di dalamnya. Ini bisa dilihat dari output yang telah tercover menjadi sarjana. Jalan hidup yang dipilihnya rata-rata hanyalah melanjutkan aktivitas yang dibiasakannya ketika di bangku perkuliahan, demikian juga halnya dari segi pemikirannya. “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmizi). Benar bahwa “Custom make all thing easy”, kebiasaan membuat segalanya mudah.
Oleh karena itu mahasiswa haruslah pandai-pandai mendeteksi eksistensi berbagai pengaruh yang setiap saat menyerang pemikirannya yang tentu saja pemikiran itu akan mempengaruhi pola kehidupannya, kini, dan nanti.

Senin, 08 Agustus 2011

Meraih Kemuliaan Illahi di Bulan Suci

"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).
Ramadhan, bulan yang banyak mengandung hikmah didalamnya. Umat muslim di seluruh belahan dunia dengan suka cita menyambut datangnya bulan ini. Telah dijanjikan Allah SWT untuk sebulan penuh ini umat Islam yang menunaikan ibadah, pahalanya akan dilipat gandakan. Dibulan Ramadhan juga Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.
Pada bulan ini Allah memberikan kewajiban bagi setiap pribadi muslim untuk berpusa. Puasa sendiri diambil dari bahasa sansekerta yakni “upa” dan “wasa”. Upa adalah semacam prefik yang artinya dekat dan wasa artinya Yang Maha Kuasa. Jadi “upawasa” yang kemudian disebut puasa diartikan sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Pengertian ini hampir sejalan dengan Alquran. Puasa menurut Islam adalah menahan diri dari lapar dan dahaga semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, tentunya disertai menahan nafsu syahwat, amarah, bicara kotor dan segala yang membatalkan puasa berdasarkan syariat untuk mencari ridla Allah SWT. Rasullah s.a.w.bersabda:
"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)
Dari QS Al-Baqarah : 183 menjelaskan bahwa puasa diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu (sebelum umat Islam) agar kamu bertaqwa. Sudah jelas kita ketahui berdasar riwayat bahwa umat nabi sebelum Muhammad juga puasa, seperti umat nabi Musa As, Daud as, dan Isa as.
Tidak hanya manusia yang berpuasa tetapi hewan pun juga berpuasa. Ulat yang ingin terbang harus berpuasa dulu yang kemudian jadi kepompong. Ikan salmon yang melakukan migrasi dari air tawar ke air asin sebagai tempat tinggal asli juga puasa. Ular berpuasa sebulan penuh dalam setahun untuk meningkatkan suhu tubuhnya dan pergantian kulit. Sebagian jenis laba-laba juga berpuasa selama 6 bulan setelah masa persalinannya. Tentunya masih ada lagi hewan – hewan yang berpuasa untuk mendapatkan kualitas individu menjadi lebih baik.
Puasa dibulan ramadhan hakekatnya adalah sarana menempa diri bagi setiap muslim untuk meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan rohani dan menjaga kesehatan. Sepantasnya bagi umat muslim untuk mempertebal keimanannya dengan menhidupkan malam Ramadhan sebagaimana Rasullulah anjurkan: “Barang siapa menghidupan malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan mendapatkan redha Allah s.w.t semata, nescaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau”.
Beruntung bagi umat muslim yang berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu tidak hanya membersihkan Rohani manusia tetapi juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan.
Dibulan suci ini mari kita bersama – sama menjalani puasa ini dengan sungguh – sungguh untuk benahi diri, tingkatkan prestasi, dan raih kemuliaan Illahi.

Jumat, 22 Juli 2011

Muara Ilmu di Waktu Subuh

Sering sewaktu diskusi tentang belajar timbul pertanyaan mengenai waktu apa yang kiranya mudah untuk belajar atau mneghafal. Banyak diantara kita menyebutkan waktu itu adalah subuh. Dimana pikiran kita masih segar, suasana pagi dengan udara yang bersih dan keheningan di lingkungan sekitar. Hal ini selayaknya kita syukuri karena Allah telah mewajibkan shalat di waktu terbit fajar atau shalat subuh. Dengan menjalankan shalat subuh berarti kita punya kesempatan yang baik untuk belajar. Menurut riwayat Rasullulah menjadikan shalat shubuh untuk mengajarkan kebaikan dan kajian bagi para shahabat. Belaiu juaga memberikan jawaban atas pertanyaan shahabat terkait ilmu dan Islam.
Berbeda dengan umat dari agama lain yang tidak ada kewajiban bagi mereka untuk bangun di waktu terbitnya fajar. Tetapi sayang sholat subuh yang dilakukan umat muslim khususnya di Indonesia baik secara kualitas dan kuantitas jamaah jauh dari yang diharapkan. Kita bisa lihat perbandingan jamaah sholat subuh dengan jamaah shalat Jumat. Jika shalat subuh dilingkungan kita secara kuantitas jamaah sama denga shalat Jumat maka bisa kita bayangkan umat Islam akan bermunculan pribadi – pribadi dengan intelektualitas tinggi dan akan mengarah pada peradaban yang maju.
Pernah seorang penguasa Yahudi menyatakan bahwa, mereka tidak takut dengan orang Islam kecuali pada suatu hal yaitu bila jumlah shalat subuh mencapai jumlah jamaah shalat Jumat.
Siapapun orang yang mengatakan itu baik Yahudi maupun bukan, kiranya ini menjadi introspeksi bagi umat Islam.
Tanpa Shalat Subuh umat Islam tidak lagi berwibawa. Tidak selayaknya umat Islam mengaharapkan kemuliaan, kejayaan, dan kehormatan jika tidak memperhatikan shlat ini.

Sabtu, 09 Juli 2011

Kamis, 30 Juni 2011

Halal dan Haram

Allah SWT memberikan aturan yang jelas mengenai tidakan yang diperbolehkan dan yang dilarang dalam Al Quran. Hal ini mengikat bagi manusia yang memiliki akal dan nafsu agar tindakannya tidak merusak tatanan yang teratur dalam hubungannya dengan alam maupun tata kehidupan masyarakat. Sehingga tujuan dari diberikannya aturan Halal dan haram semata untuk kemaslahatan makhluk ciptaanNya di dunia.
Perintah dan larangan dalam syariat Islam bersandar pada Quran diantaranya pada surat Al A’raaf:157 “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dam menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban – beban dan belenggu – belenggu yang ada pada mereka. Maka orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang – orang yang beruntung.”
Lebih dari hukum positif di dalam negara, firman Allah SWT harus ditegakkan bagi seluruh umat muslim. Sanksi dari pelanggaran syariat Allah memang pada suatu keadaan tidak nampak di dunia tetapi janji Allah pasti akan terjadi, balasan akan ditimpakan pada seseorang itu di akhirat kelak. Kurangnya sosilaisasi di segala lapisan masyarakat muslim menjadi sangat penting mengingat pemahaman agama secara luas masih terkotak dilingkup ulama ataupun praktisi keagamaan. Minimnya semangat umat Islam sendiri dalam mempelajari agama menjadi faktor terhambatnya informasi dan penyimpangan yang terkait masalah halal haram. Untuk itu perintah memahami Al Quran dalam arti seluas-luasnya agar menjadi kekasih Allah SWT sebagaimana QS Al Alaq 1-5, selayaknya dijadikan motivasi umat Islam.
Pergeseran syariat Islam di Indonesia menjadikan masyarakat beranggapan praktik fiqh hanya seputar muamalah, ibadah ritual dan munakahah saja. Padahal dalam berbagai kitab fiqh menjelaskan landasan hukum fiqh yang harus dipraktikan mengikuti peradaban umat Islam yang modern.

Jumat, 24 Juni 2011

Pandangan Riba Lintas Agama

Riba sudah ada sejak dahulu, sebelum kedatangan Islam di Mekah. Bangsa Yahudi yang memiliki agama sudah mengetahui hal itu. Kaum nasrani juga mengetahui tentang riba, bahkan kitab sucinya melarang riba yang merugikan pihak lain.
a. Pandangan Yahudi tentang riba ada dalam kitab suci agama Yahudi. Kitab Exodus pasal 22 ayat 25 menyatakan; “ Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau bebankan bunga terhadapnya.” Kitab Deuteronomy pasal 23 ayat 19 menyatakan “ Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat membungakan.”
b. Pandangan Nasrani terhadap riba ada dalam Lukas 6: 34 – 5 sebagi ayat yang mengecam larangan bunga “ Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang – orang berdosapun meminjamkan kepada orang yang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi, kasihilah musuhmu dan berbuat baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharap balasan maka upahmu akan lebih besar dan kamu akan menjadi anak – anak Tuhan Yang Maha Tinggi. Sebab Ia baik terhadap orang – orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang – orang jahat.” Para pendeta Kristen seperti St. Basil menganggap orang yang memakan riba adalah orang yang tidak berperikemanusiaan. St Gregory mengutuk praktik bunga karena menurutnya pertolongan dengan bunga adalah palsu.
c. Pengaruh Nafsu dari Sarjana Nasrani Membolehkan Riba
Reformis Kristen mengubah dan membentuk pandangan baru tentang bunga. Mereka adalah Jhon Calvin, Charles du Moulin, Claude Saumaise, Martin Luther, Melanchthon dan Zwingli. Pendapat Calvin tentang bunga antara lain: dosa apabila bunga memberatkan, uang dapat membiak, tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi, dan jangan mengambil bunga dari orang miskin.


d. Riba pandangan Islam
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” QS. Al Baqarah: 275
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” QS. Al Baqarah: 276.

Sumber: World Economic Revolution With Muhammad

Rabu, 15 Juni 2011

Hikmah Khusyuk dalam Shalat

“ Telah beruntunglah orang – orang mukmin, yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya”(QS. Al Mukminun :1-2). Ayat ini merupakan janji Allah pada umat muslim, dan lebih lanjut pahala yang akan diberikan Allah dijelaskan dalam ayat kesebelas yakni, akan mewarisi surga Firdaus dan kekal di dalamnya.
Subhanallah.. kenikmatan mengerjakan sholat dengan khusyuk bisa dirasakan di dunia dan akhirat. Sudahkah khusyukkah sholat kita? Hal ini menjadi pertanyaan ketika hikmah maupun efek dari khusyuk tersebut belum kita rasakan.
Secara sederhana khusyuk dapat diartikan dengan fokus, dimana dalam shalat kita tidak memikirkan yang lain selain berharap atau raja’ dan tawakal pada Allah SWT. Ketika jam belajar kuliah berlangsung fokus untuk memperhatikan dosen dan mengikuti arahannya tidak untuk melakukan hal lain diluar pelajaran dan intruksi dosen. Yang insyAllah jika ini dilakukan akan mendapat ilmu yang bermanfaat dan kelak akan menjadi ahli dibidangnya dan bisa menyenangkan dosen yang mengajar.
Hikmah dari fokus dialami oleh Ibu Nurfina Aznam. Beliau guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta. Sejak 1980an beliau tekun mendalami kunyit. Gelar Doktornya pun ia peroleh gara – gara kunyit. Sehingga beliau sempat dijuluki doctor kunyit karena seringnya menliti kunyit. Hasil risetnya di Belanda berhasil mengantarkannya mendapat gelar professor bidang tanaman obat. Temuan beliau diproduksi sendiri sebagai obat instan yang didistribusikan kebeberapa kota di Indonesia. Tidak jarang penderita penyakit kanker terbantu oleh ramuan obat dari kunyit ini.
Pelajaran dari khusyuk bisa kita ambil dari shahabat nabi SAW bernama Abbad bin Bisyr. Dalam peperangan Abbad bin Bisyr mendapat giliran tugas jaga malam. Ditengah malam Abbad mengisi waktu jaganya dengan beribadah sholat. Saat itu musuh sedang mengintai dalam kegelapan dan meluncurkan panah pada tubuh Abbad. Dalam riwayat Abbad mencabut panah tersebut tanpa rasa sakit, kemudian melanjutkan shalatnya. Hal ini berulang sampai tiga kali. Ketika giliran temannya yang bernama Amar bin Yasir tiba, Abbadpun membangunkannya. Sementara yang memanah melarikan diri dan Amar terheran dan tanya “kenapa tidak membangunkannya?”.
“Aku sedang membaca Al Quran dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku. Demi Allah, kalau tidak karena takut menyia-nyiakan tugas Rasul, biarlah tubuh ini putus daripada aku harus memutuskan bacaan dalam shalatku.” Jawab Abbad.
Menjadi landasan bagi kita ditengah negeri yang tidak ada perang ini untuk lebih khusyuk dalam sholat dan lebih fokus dalam menerima pelajaran yang diberikan dosen dengan suasana kampus Unair yang kondusif.

Kamis, 02 Juni 2011

Mengkritisi Sanad Hadist

Mengamalkan hadis itu penting, tetapi mengetahui sanad hadis sebelum mengamalkannya itu lebih penting. Para shahabat selalu bersikap kritis terhadap hadist bukan karena curiga akan rawi yang berdusta, tetapi untuk memastikan suatu hadis itu benar adanya.

Ada suatu kisah terhadap kritik sanad yang dilakukan oleh shahabat Rasul. Suatu malam Umar bin Khatab berbincang – bincang untuk menanyakan kabar Ratu Ghassan yang akan menyerbu kaum muslimin, tiba – tiba pintu rumah Umar diketuk keras oleh orang yang tidak dikenal.
“Apakah Umar sudah tidur?” triakan lantang dari luar pintu. Dengan penasaran Umar membuka pintunya, dan ternyata tetangganya seorang anshar dari keluarga Umayah ibnu Zaid. Ia baru datang dari pengajian Rasullulah.
“Ada apa? Apa pasukan Ghassan sudah datang?” tanya Umar. “Tidak” jawab lelaki itu. “Ada yang lebih gawat, Rasullulah telah menceraikan istri – istrinya,” tambah silelaki.
Umar tercengang mendengarnya bukan lantaran salah satu istri Rasul adalah putrinya, Hafsah, tapi benarkah Rasul melakukannya? (Umar penasaran). Esok hari Umar datang untuk konfirmasi kepada Rasul. Keesokan hari sambil menegakkan kepala dan memandang Umar, nabi saw berkata “ Tidak”. Umar lantas mengetahui bahwa Rasul hanya bersumpah untuk tidak menggauli istri – istrinya selama sebulan.

Dari kisah ini dapat kita ambil teladan Umar untuk melakukan pengecekan terhadap kebenaran suatu berita dari Rasul. Dalam hal ini Umar tidak mengecek atau melihat identitas perawi yang membawa berita, sebagai tetangganya yang tahu akan karakter dan prilaku kebiasaanya. Tapi yang Umar lakukan kritik terhadap materi hadis, bukan perawi hadis. Setelah Rasulullah saw yang tahu otentitas hadis telah meninggal seharusnya kritik hadis sekarang lebih ketat.

Senin, 16 Mei 2011

Asshalatu khayru mina an-nawm…. Asshalatu khayru mina an-nawm

Ketika lantunan azan shubuh berkumandang kita dengar perbedaan dalam azan-azan shalat fardu yang lain. Dalam shalat shubuh pesan yang disampaikan oleh muazin bertambah dengan lafadz “Asshalatu khayru mina an-nawm” (shalat lebih baik dari pada tidur). Lafadz ini apabila kita renungkan bersama ada pesan mendalam di mana Allah mengingatkan kita bahwa sejatinya manusia diciptakan di dunia ini untuk menghidup, sedangkan tidur ibarat mati(mati sementara). Dapat juga dimaknai bahwa tidur ini seperlunya, tidak malah memperpanjangnya. Apakah dengan tidur seorang dapat meningkatkan rizkinya?? Jika tidak, bangun dan beramal ini yang kiranya yang dikehendaki Allah SWT .

Kita sadari waktu subuh adalah waktu yang berat untuk bangkit dari tidur kita, dengan heningnya suasana, manusia banyak yang masih terlelap, dan dinginnya udara. Pepatah mengatakan siapa yang menabur akan menuai, siapa yang member akan diberi, dan siapa yang melakukan lebih akan mendapat lebih. Memang berat untuk bangun diwaktu subuh tetapi insya Allah akan memberikan yang sebanding dengan usaha yang kita lakukan. Rasullulah bersabda, “ Seandainya mereka mengetahui pahala pergi kemasjid lebih awal niscaya akan berlomba melakukannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala shalat isya’ dan subuh, nicaya mereka akan mendatangi keduanya walau harus merangkak” (HR. Bukhari). Secara implisit hadis ini mengisyaratkan bahwa datang ke masjid untuk shalat subuh akan mendapat pahala yang berlipat-lipat dari Allah SWT.

Lantas bagaimana agar kita segera bangkit dari tidur ketika mendengarkan adzan Shubuh. Rasullulah bersaba, “ Setan itu mengikat tengkuk kepala salah seorang diantara kalian pada saat tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan dituliskan ‘kamu memiliki malam yang panjang, karena itu tidurlah. ‘jika ia bangun dan berdzikir pada Allah, maka akan lepas satu ikatan. Jika ia berwudlu, maka akan lepas satu ikatan lainnya, dan jika mengerjakan shalat akan lepas ikatan lainnya, sehingga ia akan bangun pagi dengan penuh semangat dan jiwa yang segar. Jika tidak, maka ia akan berjiwa buruk disertai rasa malas”. HR Bukhari

Wa Allahualam bish showab

Kamis, 05 Mei 2011

Sepuluh Parameter Mendeteksi Aliran Sesat

  1. 1. Mengingkari salah satu rukun Islam

  2. 2. Meyakini akidah yang tidak sesuai dengan syariat

  3. 3. Meyakini turunnya wakyu setelah Al quran. Dijelaskan dalam QS Al Maidah : 3 bahwa Allah telah menyempurnakan Islam sebagai agama dan Allah juga telah meridlainya.

  4. 4. Mengingkari kebenaran Al Quran. Dalam QS Al Baqarah: 2 Allah berfirman “Kitab(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa

  5. 5. Melakukan penafsiran Al Quran tidak berdasarkan kaidah tafsir

  6. 6. Mengingkari Hadis sebagai sumber hukum lslam. Allah berfirman “ Maka demi Tuhanmu, mereka sebelum mereka menjadikan engkau(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan , dan mereka menerima dengan sepenuhnya

  7. 7. Melecehkan atau merendahkan nabi dan Rasullulah

  8. 8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan Rasullulah. “Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang diantara kamu, tetapi dia utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

  9. 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah

  10. 10. Mengkafirkan seorang muslim tanpa dalil syar’i

Sumber : MUI

Selasa, 03 Mei 2011

Orientasi Dunia dan Akhirat

Banyak diantara kita mengobrol dengan teman dan saling menanyakan tentang cita-cita dan harapan-harapan untuk masa depan setelah lulus dari kuliah. Sering kita dengar dengan kuliah ada harapan kelak akan mudah mendapat pekerjaan yang layak, ketika ditanya lebih lanjut harapanya setelah dapat pekerjaan yang layak, mereka menjawab dengan penghasilan yang besar akan bisa beli ini dan itu, terus bisa untuk rekreasi, dan lain-lain. Intinya kuliah menjadi pengharpan sebagian mahasiswa untuk kebahagiaan masa depan. Hal yang sangat disayangkan ketika kita menjalani bangku kuliah selama kurang lebih empat tahun orientasi kita hanya untuk kebahagiaan di dunia. Mungkin kita harus selalu up date niat kita, didunia ini manusia diciptakan Allah selain mempunyai fungsi juga punya tujuan. Allah menjadikan manusia untuk menjadikan khalifah untuk menjaga bumi seisinya agar harmonis sementara Allah juga bertujuan menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya.

Apakah kita sengaja tidak memahami atau tidak sempat memahami bahwa hidup ini sesungguhnya bukan proses kebetulan ada, melainkan secara sengaja Allah lah yang mencipta dan mengatur semuanya. Apakah kesibukan kampus membuat kita lupa akan hal ini. Sungguh sangat disayangkan.

Dan tiadalah kehidupan dunia ini kecuali main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung Akhirat itu lebih baik bagi orang –orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”QS. Al An’aam:32

Dari ayat di atas dapat di simpulkan perbedaan umat muslim dengan umat agama lain, bahwa hidup bagi orang muslim orientasinya dunia dan akhirat. Tetapi banyak umat muslim sendiri yang terpengaruh oleh non muslim bahwa dunia ini yang jadi prioritasnya. Telah dijelaskan dalam firman Allah bahwa dunia ini bisa menipu kita dalam QS. Al A’raaf: 51

yaitu orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau,dan kehidupan dunia menipu mereka. Maka pada hari(kiamat) ini, kami melupakan mereka sebagai mana melupakan pertemuaan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”

Dari kesalahan akan pemahaman dengan tetap berorientasi pada kehidupan dunia Allah akan memberi konsekuensi negative bagi manusia. Konsekuensi Allah mungkin akan di berikan di dunia atau kelak di akhirat(Neraka).




Minggu, 24 April 2011

Melihat Tarikh dalam Membaca Al Quran


Allah telah memberikan mukjizat kepada Nabi Muhammad SAW berupa Al Quran. Al Quran ini diturunkan olehNya sebagai nasihat dan penyembuh apa yang ada dalam hati, petunjuk dan rahmat bagi kaum muslim, hujjah atas manusia, cahaya dan pengetahuan bagi orang yang membuka hatinya dia membacanya dan beribadah dengannya, mempelajari hukum –hukumnya baik ibadah, akidah, tata cara muamalah yang islami dan berpegang teguh kepadanya setiap waktu. Seiring dengan berjalannya waktu Al Quran mulai digunakan tidak semestinya dengan apa yang dicontohkan oleh Muhammad dan para Shahabatnya. Sekarang ada yang menggunaka Al Quran untuk hiasan saja, sebagai jimat yang digantung di rumah dan toko-toko dengan maksud sebagai tolak bala(mencegah keburukan) dan sejenisnya yang khususnya dilakukan pelaku-pelaku bid’ah.

Suatu yang sering kita dengar atau malah kita lakukan dan itu tidak dilakukan di jaman Rasullulah dan para shohabat adalah ucapan “Shadaqallahul adzhim” (MahaBenar Allah Yang Maha Agung) ketika selesai membaca Al Quran. Apakah ini juga termasuk bid’ah??

Abu Anas Ali Husai Abu Luz dalam sebuah buku kecil yang berjudul Bid’ah-bidah terhadap Al Quran menerangkan bahwa “shadaqallahul azhim” seusai membaca al Quran adalah perbuatan bid’ah, karena perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan oleh Rasullulah maupun Kholafaur Rasyidin. Juga tidak pernah dilakukan oleh para imam-imam salaf padahal mereka sering membaca Al Quran, yang sangat memperhatikan dan sangat mengerti tentangnya.

Telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW “ Barangsiapa mengada ada dalam perkara kami ini ( perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka dia akan tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam lafadz yang diriwayatkan Muslim disebutkan, “ Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak.”

Ada maksud yang dikhawatirkan dari membaca atau mendengar “Maha Benar Allah Yang Maha Agung” kemudian memikirkan dan mendapat pengaruh dalam dirinya, dari Al Quran telah terjadi begini dan begitu. Allah berfirman “ Katakanlah;” Benarlah(apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. 3:95)

Dan siapa yang lebih benar perkataanya dari pada Allah” (QS. 4:87)

Kedua ayat diatas bisa kita tafsir apa yang dikatakan Allah pasti benar, yang ini tidak dapat kita sangkal. Dan Rasullulah bersabda: “ Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah

Maka boleh mengucapkan Shadaqallah dalam beberapa pristiwa yang menunjang ucapan tersebut, seperti bila melihat sesuatu yang terjadi, yang sebelumnya Allah telah mengingatkanya. Namun apabila kita menjadikan ucapan tersebut seakan akan termasuk hukum bacaan dan itu tidak ada dasarnya maka termasuk bid’ah.

Allahua’lam bish shawab.

Jumat, 15 April 2011

Belajar Unggul nan Syar’i ala Abdur Rahman Bin Auf

Maha besar kuasa Allah SWT memberikan pintu rizki bagi hambanya. Kesuksesan, kekayaan dan kebahagiaan merupakan apa yang didambakan seluruh manusia. Lantas bagaimana manusia mendapatkannya??
Mengingat Allah telah memberikan akal fikiran bagi manusia untuk mensyukurinya. Dengan pengertian bersyukur adalah menggunakan pemberian sesuai dengan maksud pemberinya. Allah memberikan akal fikiran supaya dapat mengambil pelajaran dari pedoman hidup (Alquran dan Hadis) dalam setiap aktivitasnya. Tidak bisa dipungkiri jika kegagalan umat muslim sekarang adalah akibat dari mengesampingkan aturan –aturan yang telah ditetapkan dalam Alquran dan hadis dalam aktifitasnya. Contoh Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, memiliki citra yang buruk ketika kemiskinan masih dalam presentasi yang tinggi dari 237.556.363 jiwa( Sensus 2010) penduduk miskin sekitar 30,02 juta(sumber: BPS 2010) atau sekitar 13,33 persen.
Menurut Ary Ginanjar Allah meniupkan sifatnya ke dalam hati manusia supaya manusia memiliki sifatNya. Ar rahman dan Ar Rahim berarti manusia diharapkan memiliki sifat pengasih dan penyayang demikian juga dengan sifat Allah Yang Maha Kaya ( al Ghaniy) berarti manusia memiliki kesempatan untuk kaya.
Umat muslim memiliki tokoh yang kaya raya seperti Abdurrahman bin Auf, menurut riwayat Abdurrahman bin Auf pernah menyumbangkan seluruh barang yang dibawa oleh kafilah perdagangannya kepada penduduk Madinah padahal seluruh kafilah ini membawa barang dagangan yang diangkut oleh 700 unta yang memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Selain itu juga tercatat Abdurrahman bin Auf telah menyumbangkan dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan antara lain 40,000 Dirham (sekitar Rp 800 juta uang sekarang), 40,000 Dinar (sekarang senilai +/- Rp 32 Milyar uang sekarang), 200 uqiyah emas, 500 ekor kuda, dan 1,500 ekor unta.
Dengan begitu banyak yang diinfaqkan di jalan Allah, beliau ketika meninggal pada usia 72 tahun masih juga meninggalkan harta yang sangat banyak yaitu terdiri dari 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3,000 ekor kambing dan masing-masing istri mendapatkan warisan 80.000 Dinar. Padahal warisan istri-istri ini masing-masing hanya ¼ dari 1/8 (istri mendapat bagian seperdelapan karena ada anak, lalu seperdelapan ini dibagi 4 karena ada 4 istri). Artinya kekayaan yang ditinggalkan Abdurrahman bin Auf saat itu berjumlah 2,560,000 Dinar.
Lalu bagaimana Abdurahman bin auf bisa memiliki kekayaan sebesar itu. Kenikmatan yang dimilikinya tidak hanya dalam bentuk materai didunia saja tetapi juga janji bahwa beliau termasuk sepuluh orang yang akan masuk surga. Jika kita menginginkan seperti Abdurahman bin Auf sekiranya langkah-langkah ini pantas untuk kita tiru.

• Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk mencari Ridhla Allah semata
• Bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan diri dari barang yang haram bahkan yang subhat sekalipun.
• Keuntungan hasil usaha bukan untuk dinikmati sendiri melainkan ditunaikan hak Allah, sanak keluarga dan untuk perjuangan di Jalan Allah.
• Abdurrahman bin Auf seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan harta yang mengendalikannya.
• Sedeqah telah menyuburkan harta Abdurrahman bin Auf, sampai-sampai ada penduduk Madinah yang berkata “ Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya pada mereka, sepertiga untuk membayari hutang-hutang mereka, dan sepertiga sisanya dibagi-bagikan kepada mereka”.
• Keseluruhan harta Abdurahman bin Auf adalah harta yang halal, sehingga Ustman bin Affan RA. yang termasuk kayapun bersedia menerima wasiat Abdurahman ketika membagikan 400 Dinar bagi setiap veteran perang Badar. Atas pembagian ini Ustman bin Affan berkata, “ Harta Abdurahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkat”.

Selasa, 15 Maret 2011

Maher Zain


Maher Zain

Nama : Maher Zain
Lahir : 16 Maret 1981
Tempat lahir : Tripoli, Lebanon
Umur : 29 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Penyanyi, pemusik
Genre : R&B, Soul, World Music, akustik
Label : Awakening Records
Album : Thank You Allah (2009)
Pencapaian : Lagu Keagamaan Terbaik 2009 (Ya Nabi Salam Alayka) dari Nujoom FM (radio terbesar Mesir) Biodata Maher Zain

Maher Zain putra dari keluarga yang mempunyai kecintaan pada musik, ayahnya bernama Mustafa Maher adalah seorang penyanyi lokal di Tripoli, Lebanon. Maher mendapat keyboard ketika ia berusia sepuluh tahun, mungkin ini juga yang membuat ia terus berkreasi di bidang musik sampai kini yang usianya 29 tahun. Semasa remajanya, ia suka menghabiskan malam akhir di sekolah bersama teman-temanya untuk bernyanyi, rap, menulis dan bereksperimen musik. Sewaktu kuliah ia mengambil jurusan Aeroneutical Engineering ( kejuruteraan Penerbangan), tetapi ia menjadi populer dengan album Thank You Allah dan mencipta sejarah tersendiri dengan mencatat rekod jualan Platinum sekitar 25,000 unit pada album pertamanya. Tidak hanya itu albumya mencapai tingkat pertama di Amazon.com grafik World Music dan nomor 9 pada tangga lagu R & B.

Ucapan syukur kepada Allah ia rasakan sampai sekarang karena dengan kebesaran dan hidayahNya Maher masih diberi kesempatan menikmati indahnya Islam. Mengingat dulunya ia juga pernah melalui kehidupan gelap karena pengaruh negatif dari pergaulannya. Maher pernah melalui kehidupan yang tersasar daripada landasan Islam. Ia melakukan perkara yang menyalahi hukum agama seperti berhibur di kelab malam, minum arak, sering bertengkar dan bergaduh dengan rakan. Ungkapnya dalam sebuah situs.

Karena dapat pertolongan hidayah dari Allah, Maher mengubah hidupnya dan sejak itu ia menjadikan musik sebagai sumber untuk mendekatkan diri dengan Islam.

Pandanganya, musik adalah bagian daripada kehidupan harian kita. Ketika mempelajari mengenai Islam dengan lebih mendalam, ia mendapat inspirasi mencipta lagu. Lagu- lagu yang diciptakan Maher tidak haya disukai masyarakat Muslim, tetapi juga dari non Muslim menyukai alunan melodi yang ia sampaikan. Ia mengakui banyak mempelajari melodi musik dari produser berpengalaman seperti RedOne yang pernah berkerjasama dengan bintang Hollywood seperti Lady Gaga dan Kat Deluna.

Biarpun mengakui perjalanan dalam bidang seni masih baru bermula ­dengan beberapa perancangan sedang giat ­dijalankan, artis bernaung di bawah syarikat rakaman antarabangsa Awakening Records ini berharap penampilan bersama album solo dapat diterima semua peminat musik.
Doa kami, semoga dengan bertambahnya umur yang Insya Allah besuk 16 Maret 2011 genap berumur 30 karya-karyanya yang inspiratif dan Islami dapat berkembang luas bagi masyarat di dunia dan semoga menjadikan hari esok lebih baik dari hari sebelumnya. Amien





Rencana Jaket MoSAIC 2011


Bagi Laskar Muda MoSAIC 2011 harap partisipasinya untuk memberikan komen jaket yang diajukan dari divisi KU.
Saran dan masukan dari ikhwan dan akhwat MoSAIC sangat kami nantikan ...

MoSAIC:
IMAN-INTELEKTUAL- PROFESIONAL.
ALLAHUAKBAR...

Kamis, 10 Maret 2011

Islam Agamaku

Kafe

Disampaikan Oleh Ust. Sugi

Tema : Membangun Integritas dan Visioner dalam Diri mahasiswa Muslim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNya kepada Laskar Muda MoSAIC dan umat muslim umumnya. Dengan karuniaNya pula Kajian rutin yang diselenggarakan MoSAIC yang kedua ini dapat terlaksana dengan lancar dan ada peningkatan dari segi kuantitas dari peserta. Mudah-mudahan peningkatan itu dapat di iringi penigkatan kualitas yakni dengan mengimplementasikan kebaikan-kebaikan yang disampaikan oleh Ust. Sugi.

Tak lupa pula sholawat serta salam smoga tetap terlimpahkan kepada figur dan teladan kita yakni Nabi Muhammad SAW karena beliaulah yang memberikan kepada kita petunjuk cahaya Islam yang insya Allah dengan apabila kita mengikuti atau menjalani petunjuk itu secara kafah akan mendapat kebahagian dunia dan akhirat. Amien..

Pada artikel yang kami tulis di blog hari ini merupakan sekilas dari apa yang didapat dari Kafe. Kafe?? Ya.. mungkin ada anggapan kalau anggota MoSAIC nongkrong di Kafe untuk diskusi pengetahuan Islam atau ada MoSAICers yang mentraktir temen-temenya di Kafe. Kalo mungkin ada yang belum tahu Kafe, ini sekilas mengenai Kafe adalah Kajian rutin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair yang diadakan oleh MoSAIC seminggu sekali di musola baik D3 dan S1 secara bergantian. Ya.. mungkin dari teman-teman muslim yang ingin menambah pengetahuan tentang Islam bisa ikut ke Kafe setiap hari rabu.

Tadi sekedar info dari Mosaic. Kembali Ke Lap Top!!

Hari rabu kemarin Kafe mengundang Ust. Sugi sebagai penyampai materi. Alhamdulilah yang datang cukup banyak dan dari temen-temen merasa terhibur dengan apa yang disampaikan ust.Sugi. Pertama ust.Sugi bertanya apa itu Islam? Ada yang menjawab kalau islam adalah agama yang diturunkan dari langit kepada RosulNya. Sejak kapan turun Islam apakah sejak nabi Adam?.. (ust. Sugi mengawali Kajian). Kemudian beliau menyampaikan bahwa ada yang membuat plesetan tentang Islam yakni Isya Subuh Luhur Asar dan Magrib. Kalau kita lihat ada pandangan salah dan adanya depresi pemahaman tentang Islam baik dari umat Muslim sendiri apalagi dari nonmuslim. Kalau islam identik dengan teroris dan sebagainya.

Islam merupakan ajaran agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad dan mengatur aqidah, akhlak, dan muamalah. Sangat sempurna Allah menurunkan agama Islam bagi semesta alam. Sebagaimana dalam surat Al Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku Ridloi Islam sebagai agamamu”. Islam adalah agama samawi yakni agama yang bersumber dari wahyu Allah. Lain halnya agama thabi’I/agama bumi, agama budaya, dan agama filsafat yakni bersumber dari manusia. Seperti Kong hu chu, Budha, atau ahmadiyah.

Sebagai seorang manusia kita memiliki akal dan nafsu. Apabila tidak bisa meletakkan akal diatas nafsu, maka kecenderungan seseorang akan terus merasa tidak puas. Seharusnya sebagai muslim Al Quran dan hadis seharusnya kita gunakan dalam sistem kehidupan agar tercapai maslahah. Dan tidak dibenarkan apabila al Quran tidak sesuai dengan kehendak manusia maka manusia mengubahnya. Dan merupakan janji Allah bahwa Al Quran merupaka kitab suci yang selalu terjaga kebenarannya. Islam merupakan agama yang telah disempurnakan oleh Allah dari ajaran agama sebelumnya. Kebesaran dari Islam adalah rahmat semesta alam, lain halnya ajara yang diberikan pada nabi terdahulu yakni untuk kaumnya saja.

Untuk itu pesan yang disampaikan dari Kafe hari rabu 9/3 adalah sebagai umat Islam wajib mengakui bahwa Islam itu agama yang benar dan kita harus menjadi duta yang baik bagi agama Islam dengan berlaku baik dan mensyiarkan kebaikan.

Allahu a’lam bish shawab