Sabtu, 29 Oktober 2011

Get Ready to UTS

UTS tinggal beberapa hari lagi… alhamdulillah ya, akhirnya kita akan menemui masa dimana kita bisa mengetahui hasil belajar kita selama pertengahan semester.
Wah, jadi teringat beberapa waktu lalu, ketika UTS mendekati hari H, kamar hampir bisa dipastikan berubah manjadi kapal pecah… hand out berserahkan di lantai, buku-buku tulis dan diktat bertebaran diatas tempat tidur, dinding kamar pun penuh dengan tempelan rumus matematika optimasi dan gambar-gambar kurva yang ruwet (kalo teman-teman menemui seorang teman dengan kondisi kamar yang seperti itu, bisa dipastikan kalau ia sedang dalam ujian :D).
Berdasarkan pengalaman pribadi, kondisi seperti itu selalu terjadi pada waktu-waktu mendekati ujian sampai ujian selesai. Padahal, kalau ditelusuri lebih jauh, cara belajar seperti itu justru tidak baik untuk kita sebagai seorang pelajar. Cara belajar dengan sistem kebut semalam (atau seminggu?), menurut beberapa ahli, menyebabkan otak kita hanya mampu mengingat pelajaran dalam jangka waktu pendek saja. (pantesan habis ujian langsung lupa… nah, lo..). Lalu bagaimana cara belajar yang baik agar ilmu yang kita peroleh dapat terserap sempurna dalam ingatan kita dalam jangka waktu yang cukup lama?
Oke, sebelum kita membahas masalah itu, ada baiknya kita ulas terlebih dahulu tentang tanggung jawab seorang penuntut ilmu. Idealnya, ketika kita sudah mengetahui tanggung jawab sebagai seorang penuntut ilmu, tugas selanjutnya untuk belajar akan menjadi lebih mudah. Insyaallah... Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menuliskan, tanggung jawab seorang penuntut ilmu adalah:
1.Mempersiapkan diri dan mempelajari ilmu agama
Yupz! Ada kata-kata “mempersiapkan diri” disini. Seorang penuntut ilmu memiliki tanggung jawab yang besar dari sisi persiapan dirinya. Dalam artian, mempersiapkan dirinya untuk belajar dan mengajar, menyelesaikan tugas-tugas dan berkonsentrasi terhadap ilmu yang ditekuninya, mempelajari ilmu agama, muraja’ah (mengulang kembali) materi-materi yang sudah diberikan oleh pengajar, dan mencurahkan perhatian terhadapnya.
2.Ikhlas dan niat yang baik
Disamping mempersiapkan diri, seorang pelajar juga mempunyai tanggung jawab lain dari sisi keikhlasan kepada Allah SWT. Keridhoan Allah ta’ala hendaknya menjadi tujuan utamanya dalam belajar, menunaikan kewajiban, dan memberikan manfaat untuk sesama. Juga, dia tidak bertujuan untuk mencari harta dan kehormatan dunia. Dia juga tidak bertujuan untuk riya’ (dilihat orang) dan sum’ah (didengarkan orang). Sehingga seorang penuntut ilmu wajib untuk mempunyai sikap yang diridloi oleh Rabb nya yaitu ikhlas kepada Allah SWT, jujur dalam mencari RidlaNya, bersemangat dan tidak pernah putus asa dalam usahanya untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan, sehingga ia berdiri diatas ilmu pengetahuan. Dengan demikian, menuntut ilmu akan mudah, sehingga jika ia terjun ke masyarakat, mengajarkan ilmu kepada manusia, memerintahkan kepada amar ma’ruf nahi munkar semuanya dilakukan berlandaskan ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah SWT :
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashiroh (ilmu).” (QS. Yusuf: 108)
Oke, bagian selanjutnya akan membahas trik cara belajar yang baik agar apa yang kita pelajari dapat terserap dengan sempurna dalam ingatan dan tinggal didalamnya dalam jangka waktu yang relatif lama (biar ga gampang lupa) aamiin…
Seimbangkan kinerja otak kiri dan otak kanan..
Otak adalah aset yang sangat berharga yang dimiliki manusia. Semua gerakan manusia, pemikiran, dan perasaan dikendalikan oleh otak, bukan hati. Menurut penelitian, manusia hanya menggunakan 4-5% bagian dari keseluruhan fungsi otak. Sedangkan orang jenius hanya menggunakan 6-7% bagian. Otak adalah pusat kecerdasan berpikir.
Otak manusia, menurut daya kerjanya dibagi menjadi 2 bagian yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri adalah pusat logika dan kecerdasan analitik. Hal ini terkait dengan kemampuan matematis dan kemampuan berpikir sistematis seseorang. Contohnya kemampuan menyelesaikan soal matematika. Cara kerja otak ini sangat rapi, terstruktur dan sistematis. Sedangkan otak kanan adalah pusat kreatifitas, dan memang benar fungsi dari otak kanan ini adalah untuk mengurusi proses berpikir kreatif manusia, contohnya adalah kemampuan komunikasi (lingusitik). Cara kerja otak kanan ini biasanya tidak terstruktur, dan cenderung tidak memikirkan hal-hal yang terlalu mendetail.
Ketika kita belajar, maka yang bekerja lebih banyak adalah otak kiri, sehingga fungsi dari otak kanan kurang termaksimalkan. Sedangkan untuk sukses dalam belajar, kita memerlukan keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Memberdayakan otak kanan dalam proses belajar akan banyak membantu kita agar bisa menangkap pelajaran dengan cepat dan mengingatnya dalam waktu yang relatif lama. Caranya adalah bisa dengan mendengarkan musik, menggunakan gambar, visualisasi, dan menciptakan kata-kata yang bisa menggugah rasa (bahasa evokatif).
Oke .. selesai sudah tugas kita ngasih trik ke teman-teman massifer tentang cara belajar yang efektif. Akhir kata, kita mengucapkan selamat belajar untuk UTS. Untuk hasil yang maksimal, persiapkan UTS di jauh-jauh hari, lengkapi bahan-bahan yang dibutuhkan seperti syllabus, catatan, slide dari dosen, serta perlengkapan yang lain seperti KRS dan KTM. Lakukan cek & ricek sebelum berangkat ujian. Dan yang terpenting adalah berdoa sebelum melaksanakan ujian dan bertawakkal kepada Allah. Karena bagaimanapun, Allah turut ‘bercampur tangan’ dalam menentukan hasilnya. Wabwb

Ind_ ep’10

Sabtu, 01 Oktober 2011

RONA MAHASISWA

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi dan komunikasi yang mewarnai era yang serba cepat ini yang mengakibatkan merebaknya berbagai pemahaman dan ideologi atau pemikiran yang beraneka macam di kalangan mahasiswa. Kondisi ini, tak ayal mempengaruhi kelakuan mahasiswa itu sendiri beserta gaya hidupnya yang datang dari pemikiran yang dianutnya.
Pemikiran yang datang dari barat seperti paham kebebasan (liberalisme), hedonisme, sekularisme, kapitalisme dan sosialisme, termasuk pluralisme dan sinkretisme, mau tak mau harus dikonsumsi oleh berbagai kalangan termasuk mahasiswa sebagai bagian dari target propaganda pemikiran tersebut. Yang kemudian memaksa banyak mahasiswa untuk berpaham machiaveli (menghalalkan segala cara) untuk mencapai segala keinginannya sebagai refleksi dari pemikiran-pemikiran ini. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Hidup dianggap surga, kuliah dianggap tamasya dan melupakan alam yang kekal. Walhasil, banyak mahasiswa yang terperangkap oleh kehidupan pragmatis.
Di tengah-tengah kehidupan kampus yang menyita waktu, tenaga, dan materi. Kuliah yang harus tepat waktu, memburu deadline tugas, obrolan sia-sia dan menjemukan dengan teman se-gank. Belum lagi ditambah masalah pribadi dan keluarga. Semua itu nyaris membuat banyak mahasiswa enggan untuk melirik sisi lain dari kehidupan ini. Suatu dimensi kehidupan dimana yang menjadi target adalah keridhaan Allah dan alam akhirat.
Tak bisa disangkal bahwa tidak semua mahasiswa terperangkap dengan fakta kehidupan. Banyak juga yang memilih untuk mempersembahkan diri dan hidupnya untuk menegakkan kebenaran, menjadi generasi peduli umat. Memberikan kontribusi untuk tegaknya kalimat Laailaahaillallaah Muhammadarrasullullaah, sebagai suatu simbol kebenaran dan kemuliaan sejati. Berjuang membebaskan manusia dari segala pemikiran-pemikiran sesat, yang tak jarang datang dari kalangan mahasiswa teman sepergaulan.
Kehidupan kampus yang merupakan salah satu bagian dari proses kehidupan, ternyata mampu memberikan gambaran masa depan setiap personal yang terlibat di dalamnya. Ini bisa dilihat dari output yang telah tercover menjadi sarjana. Jalan hidup yang dipilihnya rata-rata hanyalah melanjutkan aktivitas yang dibiasakannya ketika di bangku perkuliahan, demikian juga halnya dari segi pemikirannya. “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmizi). Benar bahwa “Custom make all thing easy”, kebiasaan membuat segalanya mudah.
Oleh karena itu mahasiswa haruslah pandai-pandai mendeteksi eksistensi berbagai pengaruh yang setiap saat menyerang pemikirannya yang tentu saja pemikiran itu akan mempengaruhi pola kehidupannya, kini, dan nanti.