Jumat, 15 April 2011

Belajar Unggul nan Syar’i ala Abdur Rahman Bin Auf

Maha besar kuasa Allah SWT memberikan pintu rizki bagi hambanya. Kesuksesan, kekayaan dan kebahagiaan merupakan apa yang didambakan seluruh manusia. Lantas bagaimana manusia mendapatkannya??
Mengingat Allah telah memberikan akal fikiran bagi manusia untuk mensyukurinya. Dengan pengertian bersyukur adalah menggunakan pemberian sesuai dengan maksud pemberinya. Allah memberikan akal fikiran supaya dapat mengambil pelajaran dari pedoman hidup (Alquran dan Hadis) dalam setiap aktivitasnya. Tidak bisa dipungkiri jika kegagalan umat muslim sekarang adalah akibat dari mengesampingkan aturan –aturan yang telah ditetapkan dalam Alquran dan hadis dalam aktifitasnya. Contoh Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, memiliki citra yang buruk ketika kemiskinan masih dalam presentasi yang tinggi dari 237.556.363 jiwa( Sensus 2010) penduduk miskin sekitar 30,02 juta(sumber: BPS 2010) atau sekitar 13,33 persen.
Menurut Ary Ginanjar Allah meniupkan sifatnya ke dalam hati manusia supaya manusia memiliki sifatNya. Ar rahman dan Ar Rahim berarti manusia diharapkan memiliki sifat pengasih dan penyayang demikian juga dengan sifat Allah Yang Maha Kaya ( al Ghaniy) berarti manusia memiliki kesempatan untuk kaya.
Umat muslim memiliki tokoh yang kaya raya seperti Abdurrahman bin Auf, menurut riwayat Abdurrahman bin Auf pernah menyumbangkan seluruh barang yang dibawa oleh kafilah perdagangannya kepada penduduk Madinah padahal seluruh kafilah ini membawa barang dagangan yang diangkut oleh 700 unta yang memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Selain itu juga tercatat Abdurrahman bin Auf telah menyumbangkan dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan antara lain 40,000 Dirham (sekitar Rp 800 juta uang sekarang), 40,000 Dinar (sekarang senilai +/- Rp 32 Milyar uang sekarang), 200 uqiyah emas, 500 ekor kuda, dan 1,500 ekor unta.
Dengan begitu banyak yang diinfaqkan di jalan Allah, beliau ketika meninggal pada usia 72 tahun masih juga meninggalkan harta yang sangat banyak yaitu terdiri dari 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3,000 ekor kambing dan masing-masing istri mendapatkan warisan 80.000 Dinar. Padahal warisan istri-istri ini masing-masing hanya ¼ dari 1/8 (istri mendapat bagian seperdelapan karena ada anak, lalu seperdelapan ini dibagi 4 karena ada 4 istri). Artinya kekayaan yang ditinggalkan Abdurrahman bin Auf saat itu berjumlah 2,560,000 Dinar.
Lalu bagaimana Abdurahman bin auf bisa memiliki kekayaan sebesar itu. Kenikmatan yang dimilikinya tidak hanya dalam bentuk materai didunia saja tetapi juga janji bahwa beliau termasuk sepuluh orang yang akan masuk surga. Jika kita menginginkan seperti Abdurahman bin Auf sekiranya langkah-langkah ini pantas untuk kita tiru.

• Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk mencari Ridhla Allah semata
• Bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan diri dari barang yang haram bahkan yang subhat sekalipun.
• Keuntungan hasil usaha bukan untuk dinikmati sendiri melainkan ditunaikan hak Allah, sanak keluarga dan untuk perjuangan di Jalan Allah.
• Abdurrahman bin Auf seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan harta yang mengendalikannya.
• Sedeqah telah menyuburkan harta Abdurrahman bin Auf, sampai-sampai ada penduduk Madinah yang berkata “ Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya pada mereka, sepertiga untuk membayari hutang-hutang mereka, dan sepertiga sisanya dibagi-bagikan kepada mereka”.
• Keseluruhan harta Abdurahman bin Auf adalah harta yang halal, sehingga Ustman bin Affan RA. yang termasuk kayapun bersedia menerima wasiat Abdurahman ketika membagikan 400 Dinar bagi setiap veteran perang Badar. Atas pembagian ini Ustman bin Affan berkata, “ Harta Abdurahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar