Rabu, 15 Juni 2011

Hikmah Khusyuk dalam Shalat

“ Telah beruntunglah orang – orang mukmin, yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya”(QS. Al Mukminun :1-2). Ayat ini merupakan janji Allah pada umat muslim, dan lebih lanjut pahala yang akan diberikan Allah dijelaskan dalam ayat kesebelas yakni, akan mewarisi surga Firdaus dan kekal di dalamnya.
Subhanallah.. kenikmatan mengerjakan sholat dengan khusyuk bisa dirasakan di dunia dan akhirat. Sudahkah khusyukkah sholat kita? Hal ini menjadi pertanyaan ketika hikmah maupun efek dari khusyuk tersebut belum kita rasakan.
Secara sederhana khusyuk dapat diartikan dengan fokus, dimana dalam shalat kita tidak memikirkan yang lain selain berharap atau raja’ dan tawakal pada Allah SWT. Ketika jam belajar kuliah berlangsung fokus untuk memperhatikan dosen dan mengikuti arahannya tidak untuk melakukan hal lain diluar pelajaran dan intruksi dosen. Yang insyAllah jika ini dilakukan akan mendapat ilmu yang bermanfaat dan kelak akan menjadi ahli dibidangnya dan bisa menyenangkan dosen yang mengajar.
Hikmah dari fokus dialami oleh Ibu Nurfina Aznam. Beliau guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta. Sejak 1980an beliau tekun mendalami kunyit. Gelar Doktornya pun ia peroleh gara – gara kunyit. Sehingga beliau sempat dijuluki doctor kunyit karena seringnya menliti kunyit. Hasil risetnya di Belanda berhasil mengantarkannya mendapat gelar professor bidang tanaman obat. Temuan beliau diproduksi sendiri sebagai obat instan yang didistribusikan kebeberapa kota di Indonesia. Tidak jarang penderita penyakit kanker terbantu oleh ramuan obat dari kunyit ini.
Pelajaran dari khusyuk bisa kita ambil dari shahabat nabi SAW bernama Abbad bin Bisyr. Dalam peperangan Abbad bin Bisyr mendapat giliran tugas jaga malam. Ditengah malam Abbad mengisi waktu jaganya dengan beribadah sholat. Saat itu musuh sedang mengintai dalam kegelapan dan meluncurkan panah pada tubuh Abbad. Dalam riwayat Abbad mencabut panah tersebut tanpa rasa sakit, kemudian melanjutkan shalatnya. Hal ini berulang sampai tiga kali. Ketika giliran temannya yang bernama Amar bin Yasir tiba, Abbadpun membangunkannya. Sementara yang memanah melarikan diri dan Amar terheran dan tanya “kenapa tidak membangunkannya?”.
“Aku sedang membaca Al Quran dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku. Demi Allah, kalau tidak karena takut menyia-nyiakan tugas Rasul, biarlah tubuh ini putus daripada aku harus memutuskan bacaan dalam shalatku.” Jawab Abbad.
Menjadi landasan bagi kita ditengah negeri yang tidak ada perang ini untuk lebih khusyuk dalam sholat dan lebih fokus dalam menerima pelajaran yang diberikan dosen dengan suasana kampus Unair yang kondusif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar